Banyak hal yang ditemui di jalanan. Mbok-mbok nyapu halaman
rumah. tante-tante megang kemucing sedang bersihkan kaca. Bapak-bapak bersihkan
kotoran sangkar burung berkututnya. dan pastinya masih ada saja tetangga yang
masih ngorok.
Tanpa sadar. Langkah kaki sudah sampai sekitar 500 m dari
rumah. Ada pengendara motor dari arah selatan. Lengkap dengan helm dan masker
di mulutnya.
Tin. Tin. Bapak pengendara motor itu berhenti di depan
tukang becak yang sedang menunggu penumpang. "Ngapunten pak. ini seadanya,"
ujar bapak sepeda motor sambil menjulurkan sebungkus nasi.
Saya melanjutkan jogging pagi ke arah timur. Dan bapak
sepeda motor itu rupanya ke arah timur juga. Dia mendahuluiku.
15 m didepan.
Tin. Tin. Bapak sepeda motor menjulurkan dua bungkus nasi kepada
dua tukang becak lainnya. "Ngapunten, seadanya."
Bapak sepeda motor itu melanjutkan perjalanannya lagi. Masih
jelas dipenglihatanku. Tugas bapak ini masih banyak. Terlihat bungkusan nasi
masih banyak di plastik merah yang menggantung di motornya.
Alakulli hal. dimasa pandemi covid19 yang masih blom berlalu
ini. Ada saja orang-orang yang masih mau berbuat baik. Bukan hanya itu. Si
bapak tidak mau menampakkan wajah aslinya dengan menutup wajah dengan masker.
Pun tanpa diliput oleh media. Tidak seperti dia yang
membantu rakyat dengan pertanyaan, "Sebutkan nama-nama ikan?" Tidak
seperti dia yang membantu rakyat dengan liputan media. Dan berita yang tidak
ada habisnya memberitakan si A menyumbang ini dan itu.
Terlepas apakah bapak sepeda motor itu ada yang membiayai
ataupun inisiatif sendiri. Saya pribadi masih belum bisa berbuat seperti itu.
Meluangkan harta dan fikiran untuk rakyat sekitar.
Andaikan. Orang-orang di sekitar tempat tinggal ini memiliki
jiwa seperti bapak sepeda motor itu. Insyaallah tidak ada tetangga yang
kelaparan. Semuanya akan tenang beribadah. Tenang bersama keluarganya. Tanpa
memikirkan akan makan apa besok. Semoga.