Following My Youtube Chanel Subscribe Now!

# Bangku

Sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), aku selalu duduk di bangku bagian depan, bangku yang dekat dengan ustad.
Jarang sekali aku menemukan hal aneh, semuanya tetap. Yang ada di depanku hanyalah bangku yang aku gunakan, banggu yang di tempati guru dan papan tulis beserta kapur dan alat penghapusnya.
Begitu jelas apa yang dipaparkan guru setiap kali ia mengajar. Tidak ada kekurangan dalam pendengaranku. Aku selalu paham atas apa yang dijelaskan. Bahkan penjelasan itu masih terasa kental dalam kehidupanku kini. Begitu terasa.
Saat itu. Banyak teman yang bertanya mengenai pelajaran yang tidak dipahami kepadaku. Aku jelaskan pertanyaan-pertanyaan teman-temanku itu seperti apa yang aku tangkap dari penjelasan guru. Teman-teman puas dengan apa yang aku jelaskan. Mereka tanpa bertanya lagi.
Bangku depan it’s the best.
***
Suatu saat aku duduk di bangku bagian belakang karena ada hajat yang aku bicarakan dengan teman. Aku tidak menyadari kalau guru telah masuk kelas dan duduk di bangkunya.
Dengan begitu. Aku tetap duduk di belakang. Aku rasakan hal yang tidak aku rasakan ketika duduk di bangku belakang. Ada hal baru.
Hal baru itu adalah, aku bisa melihat teman sekelas dengan pandanganku, luasnya ruangan kelas baru aku rasakan saat itu. Aku lebih leluasa memandang teman-temanku, siapa saja yang ada di dalam ruangan kelas bisa aku pandang. Tanpa terkecuali.
Aku merasakan kuncup bunga mulai tumbuh di hatiku, senang bercambur bahagia. Ada hal baru yang aku rasakan dan ketahui. Ternyata dunia tidak hanya itu-itu saja. Dunia itu luas, seluas mata memangdang. Semakin dicari, maka semakin banyak hal baru yang didapatkan
Namun, ada suatu hal yang aku sangsikan dari perasaanku yang berbunga-bunga saat itu. Aku mencoba berpikir dan memeras otak untuk menemukan kejanggalan yang ada di dalam otak.
Begitu lama aku termenung, namun tidak juga aku temukan kejanggalan itu. Kejanggalan yang ada di dalam otakku itu masih tertutupi oleh rasa bahagiaku yang lebih besar.
“Aha…” akhirnya aku temukan apa yang aku cari dalam otakku. Dengan sendirinya ia muncul ke atas permukaan.
Kejanggalan itu berupa ‘semakin jauhnya jarak dengan guru’.

Hal hal yang aku rasakan ketika duduk di bangku depan tidak aku  rasakan di bangku belakang. Semakin jauh jarakku dengan guru, semakin sedikit aliran batinku dengan guru. Semakin jauh pandanganku dari guru, semakin jauh pula keterkaitan firasatku dengan guru. Akibatnya, pelajaran begitu sulit bagiku untuk dipaham, tidak semudah ketika aku duduk di banggu depan.

Post a Comment

© Operator Santri. All rights reserved. Premium By Tech Bangla Info